Tabir Demi Tabir

Hening diselimuti ingatan diselimuti kecerdasan dan kebijaksanaan diselimuti rasa, lalu pikiran lalu indria.

Tenget

Ruang itu tunggal. Pembatasan ruang ciptakan turbulensi energi di tapal batas. Juga dengan waktu. Petang adalah batas siang & malam. Tenget.

Kajeng itu batas triwara. Tenget. Kliwon itu batas pancawara. Tenget. Kajeng Kliwon itu saat dimana dua batas bertumpuk. Sangat tenget.

Setra itu batas desa pekraman. Berada di setra saat Kajeng Kliwon pas Sandi Kala itu berada di tempat salah pada waktu yang sangat salah.

Setiap yadnya sejatinya adalah panca yadnya karena pasti mesegeh, pake banten ayaban, ngacep kamulan, matur sesari ke pemangku, mebyakala.

Memohonlah dalam doamu. Selama badan dan pikiran masih bersamamu, kamu butuh memohon. Namun, jangan berlebih. Cukup yang kamu butuhkan saja.

Sadarilah bahwa permohonan yang dikabulkan itu mengikat kita untuk menikmatinya. Jangan ikat dirimu terlalu kuat terlalu lama.

Sesungguhnya ada dua puser/pusat di badanmu. Di perut dan di kepala. Ibu dan Bapa. Yin dan Yang. Ang dan Ah. Kamu ada di antaranya. Sadari!

Ikat kepalamu agar selalu sadar arah jalan pulang. Ikat dengan destar.

Ikat perutmu untuk diisi secukupnya agar mampu menegakkan tulang belakang menyangga kepalamu. Ikat dengan selendang.

Dengan menyadari kekurangan kita siap menerima. Tanpa menyadari kekurangan kita seolah penuh dan tidak bisa menerima lagi.

Berbahagialah wahai manusia, karena konon alam kita dengan dualitas berimbang adalah tempat terbaik untuk pertumbuhan jiwa. Bukan surga.

Raga mu adalah bagian rekam jejak perjalanan mu sejak penciptaan semesta. Baca lah tuk temukan jalan pulang.

Perkembangan teknologi memacu kita untuk bergerak lebih cepat. Sedangkan yang kita butuhkan mungkin bergerak pelan untuk kemudian diam.

Sering saat kita berprasangka buruk pada orang lain, prasangka itu adalah cerminan apa yang akan kita lakukan bila kita menjadi orang itu.